-->

Tilawah Menguatkan Hafalan

Ahad, 13 Desember 2015 masjid al-kahfi sebagaimana luar biasa kami bertemu bersama beberapa ikhwan untuk menyetorkan hafalan kepada mursyid kami Ust. Tatan hanafi Al-hafidz. Diluar masjid hujan cukup deras sekaligus menambah syahdu suasana tilawah dan muroja’ah kami, di temani makanan kecil yang dibawa ust. Ade Zaenal dan minuman yang “ngangeni”dari Ust. Misyari Dani begitu kami juluki karena tilawahnya yang “enakeun” wal hamdulillah.
Hari ini tidak banyak ikhwan yang hadir dikarenakan beberapa ijin ada keperluan masing-masing sehingga waktu setor an tidak begitu lama dan selesai agak jauh dari waktu maghrib tiba. Kesempatan waktu di manfaatkan oleh Ust .Tatan untuk menyampaikan tausiah qur’aniyah untuk menyemangati kami yang memang kadang mengalami  “futur”, “ Down”, “ kurang semangat” atau apalah istilahnya yang berkaitan dengan proses menghafal Al-Qur’an.

Sering dalam benak para penghafal al-qur’an terbesit pertanyaan klasik, bagaimana caranya ditengah proses menghafal al-qur’an sementara tuntutan tilawah juga harus terpenuhi. Seolah-olah waktu untuk tilawah tersita oleh waktu menghafal yang tidak hafal-hafal alias sulit melekat di kepala. Inilah yang inti tausiah ust. Tatan Hanafi sore ini bahwa semestinya tilawah tidak menggangu atau terganggu oleh proses kita dalam menghafal Al-Qur’an dan bahkan tilawah sangat mendukung mudah dan kuatnya hafalan kita. Hal yang menjadi penghalang atau sulitnya kita dalam menghafal Al-Quran adalah kondisi hati yang sedang kotor atau tidak bersih alias berkarat. Hal ini pernah di alami ustad Tatan sendiri ketika beliau masih di mahad tahfidz di Jakarta. Beliau merasakan “boring” karena rutinitas menghafal akhirnya beliau berniat “uzlah” mencari suasana baru dalam proses menghafal. Dipilihlah masjid At-Tiin sebagai tempat “uzlah” beliau, dengan menggunakan angkot sesampainya di mesjid At-Tiin beliau memilih tempat di lantai dua alias “mojok”. Namun selama “uzah” itu beliau kesulitan menghafal berkali-kali di hafal tidak nyantol-nyantol akhirnya beliau memutuskan un tuk tilawah saja sebanyak-banyaknnya.

Maka tilawah seharusnya tetap di agendakan dalam hari- hari para penghafal al-Quran. Meminjam istilah salah satu ikhwan kami akh Muhyidin tilawah harus menjadi bahan bakar dalam proses menghafal Al-quran. jika bahan bakarnya habis maka hafalannya tidak akan mateng-mateng.

Imam Syafi’i mengadukan pada gurunya Waki’. Beliau berkata, “Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?” Gurunya, Waki’ lantas berkata, “Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa. Cobalah engkau merenungkan kembali!”
Imam Syafi’i pun merenung, ia merenungkan keadaan dirinya, “Apa yah dosa yang kira-kira telah kuperbuat?” Beliau pun teringat bahwa pernah suatu saat beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja yang sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya [ada pula yang mengatakan: yang terlihat adalah mata kakinya]. Lantas setelah itu beliau memalingkan wajahnya. Lantas keluarlah sya’ir.

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

Inilah tanda waro’ dari Imam Asy Syafi’i, yaitu kehati-hatian beliau dari maksiat. Beliau melihat kaki wanita yang tidak halal baginya, lantas beliau menyebut dirinya bermaksiat. Sehingga ia lupa terhadap apa yang telah ia hafalkan. Hafalan beliau bisa terganggu karena ketidak-sengajaan. Itu pun sudah mempengaruhi hafalan beliau. Bagaimana lagi pada orang yang senang melihat wajah wanita, aurat mereka atau bahkan melihat bagian dalam tubuh mereka?!

Sungguh, kita memang benar-benar telah terlena dengan maksiat. Lantas maksiat tersebut menutupi hati kita sehingga kita pun sulit melakukan ketaatan, malas untuk beribadah, juga sulit dalam hafalan Al Qur’an dan hafalan ilmu lainnya.

Lantas apa kaitannya dengan tilawah Al-quran?
Sungguh tilawah Al-Quran adalah salah satu obat dari kekotoran hati.

Dari Sayyidina Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma, Baginda Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air."
Sahabat bertanya "Ya Rasulullah, apakah pembersihnya?"
Beliau bersabda: "Banyak Mengingat Maut dan Membaca Al-Qur'an " (H.R. Baihaqi, dari Kitab Asy-Syu'ab)

Maka bagi para penghafal Al qur’an tatkala banyak mengalami kendala dalam menghafal maka perbanyaklah  tilawah maka dengan Karunia-Nya Alloh SWT akan memudahkan kita dalam menghafal Al-Quran. Menghafal dan tilawah adalah bagaikan dua sisi mata uang. Selamat mencoba…

Wallohu Alam (kangrud/MMQ News)